Jumat, 09 November 2012

Bumi Halmahera Bagian Satu

Bumi Halmahera, tidak terasa sudah 1 tahun 6 bulan saya meninggalkan Halmahera Utara, sebuah daerah yang menyisakan banyak kenangan dan kedekatan emosial dengan masyarakat  untuk disimpan. Namun kerinduan begitu sangat menggebu-gebu untuk bisa menapakkan kaki kembali di Di Bumi Sultan Ternate tersebut. 
 Berawal dari sebuah tugas untuk mengembangkan ekonomi lokal secara berkelanjutan di sekitar Tambang PT. NHM saya berangkat menuju Halmahera Utara, tepatnya pada Tanggal 25 Januari 2009 pukul 01.25 AM WIB saya berangkat menuju Halmahera menggunakan pesawat Batavia dari Bandara Soekarno-Hatta. Dalam benak saya sama sekali buta mengenai Halmahera, seperti apa kehidupan masyarakat disana, kondisi sosial masyarakat disana, kebudayaan, serta permasalahan apa yang mereka hadapi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus bergejolak dalam pikiran saya waktu itu. Hanya satu yang saya ketahui mengenai Halmahera waktu itu adalah bahwa bahasa mereka pasti menggunakan logat bahasa timur Indonesia, dengan ciri cepat dan keras. Tepat jam 07.00 AM Waktu Indonesia Timur, pesawat yang saya tumpangi mendarat di Bandara Sultan Baabullah Kota Ternate, ketika turun dari pesawat saat itu jugalah saya pertama kali menginjakkan kaki saya di Kota Ternate yang merupakan Ibukota dari Provinsi Maluku Utara. Celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan memperhatikan suasana pemandangan Bandara SUltan Baabullan begitu mempesona, karena bersebrangan dengan laut, di sebelah barat ada Gunung Gamala yang begitu menawan untuk ditaklukkan, dan disebelah timur terdapat gugusan pulau yang panjang dan itulah Halmahera, ya Sio Halmahera seperti lagu dengan judul Kota Ternate.

Setelah sejenak memandang, saya bergegas menuju ke tempat pengambilan barang, ketika saya melihat kondisi tempat pengambilan barang sangat terkejut, karena begitu minim dengan fasilitas. Berdesakan dengan para penumpang lain akhirnya saya menemukan tas saya. oh oiya saya tidak sendiri, namun berdua bersama dengan Mas Arsyad, yang merupakan program menejer dari kegiatan yang dijalankan di Halmahera Utara. sambil menunggu Manejer Lapangan yang sudah terlebih dahulu berangkat untuk melakukan inisiasi awal terhadap jalannya program, akhirnya muncul juga Bang Jalil, sosok yang sangat tidak asing bagi saya dan Mas Arsyad. setelah bersalaman, kami berangkat untuk mencari sarapan pagi. untuk mencari sarapan pagi kami menyewa kendaraan yang biasa orang ternate bilang oto. sambil memperhatikan komunikasi antara Bang Jalil  dengan pemilik mobil, karena setau saya jika kita ingin mendalami sebuah komunitas kita harus menguasai bahasa mereka, setidaknya dialek yang mereka gunakan kita kuasai. setelah tercapai kesepakatan bahwa harga sewa mobil sebesar Rp. 250.000 kami berangkat untuk mencari pelepas rasa lapar kami, yaitu sarapan pagi. setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit, kami sampai di rumah makan yang sederhana, dan menu favorit yang disugukan adalah nasi kuning. sungguh menarik sajian dari nasi kuning ada ikan tongkol, atau orang ternate bilang ikan komo, ada telur, dan tidak lupa dabu-dabu atau sambel. ada kemiripan dengan nasi tumpeng di jawa yaitu dari segi warna dan rasa, itu saja. 
setelah menyantap habis nasi kuning kami berangkat menuju pelabuhan penyebarangan di dekat mesjid Al-Munawar untuk menyebrang ke bumi halmahera. setelah sampai di pelabuhan penyebrangan kami langsung masuk ke dalam speed bot untuk menyebrang ke bumi halmahera. begitu penumpang penuh, speed bot dinyalakan oleh sang pemilik. disinilah keindahan pemandangan sangat memanjakan ke dua bola mata saya, dimana kondisi laut masih sangat bagus, dipadukan dengan pemandangan pulau tidore, serta pulau ternate, ada juga pulau hiri dari kejauhan seakan menyapa  dan berkata "mari mampir ke hiri". kapasitas penumpang speed bot hanya untuk 30 orang saja. dan perjalanan menempuh waktu kurang lebih 45 menit saja. setelah kami menempuh perjalan selama kurang lebih 45 menit, akhirnya kami sampai di pelabuhan yang bernama sidangoli, sebelum kami turun dari speed bot, kami dikenakan ongkos sebesar Rp. 50.000 satu orang. setelah kami turun ternyata sudah ada mobil yang menunggu kami, ternyata merupakan mobil sewaan yang memang sudah dipersiapkan oleh Bang Jalil untuk menunggu saya dan mas arsyad. dan ternyata sopirnya bernama Pak Rafi, merupakan orang asli bugis yang merantau di Halmahera Utara. setelah semua barang-barang kami dinaikkan ke dalam mobil atau orang sana bilan oto, kami berangkan menuju kecamatan Malifut,dimana disanalah nantinya kami tinggal. 

Selama dalam perjalanan menuju kecamatan malifut, sekali lagi mata saya dimanjakan oleh pemandangan yang sungguh sangat asri dan masih perawan, gunung. lautan dan hutan berpadu membentuk keeksotikan dari Bumi Halmahera. Sungguh sangat indah dipandang, hamparan semak belukar begitu luas, kondisi jalan begitu meliuk-liuk seperti ular. selama dalam perjalanan saya hanya asik untuk memperhatikan kondisi pemandangan yang begitu mempesona. ketika memasuki desa saya liat kondisi rumah, orang-orang, tempat ibadah dll. tak terasa hampir 2 jam kami melakukan perjalanan, akhirnya sampai juga di Kecamatan Malifut, tepatnya di Desa Ngofagita, disana kami dijemput oleh salah seorang fasilitator teknis peternakan namanya ramdan. setelah sampai di rumah tempat kami tinggal, kami istirahat untuk melepas lelah, namun karena pemandangan yang begitu memanjakan mata saya, jadi saya tidak merasa lelah sedikitpun.

Inilah bagian pertama dari Bumi Halmahera yang saya rindukan :D.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar